Guru tersebut adalah Leni Sumarni (41) warga Kampung Pamoyanan, Desa Bantarpanjang, Kecamatan Jampangtengah. Hampir setiap hari Leni menerjang deras arus sungai Cikaso karena jembatan penyeberangan yang ada hancur dan hanyut saat banjir besar pada 4 Maret 2025 lalu.
Sejak jembatan darurat yang sempat dibangun relawan Jampang Peduli hanyut pada Desember 2024, dan kembali diterjang banjir pada 4 Maret 2025, Leni tidak punya pilihan lain selain menyeberangi sungai dengan alat pengikat perut untuk menopang kandungannya.
"Ya, nyeberang sungai karena kalau kita puter lewat jalan alternatif ke sana kurang lebih 2 jam," kata Leni, Rabu (30/04/2025).
Tak jarang, sakit pada kandungannya serta kakinya akibat menahan arus menghampirinya namun semua itu tak dirasakan olehnya demi pengabdiannya di dunia pendidikan di SDN Cibadak.
Terkadang, Leni tak dapat melintas karena air sungai sangat deras. Dirinya terpaksa diantar oleh suaminya dengan sepeda motor berjalan memutar dengan waktu hingga 2 jam untuk dapat menuju sekolah. Jalan yang dilalui pun bukan jalan mulus namun jalan perbukitan yang curam.
"Ini saya demi anak didik saya, demi anak didik saya yang menunggu di sekolah yang kedua kewajiban saya sebagai guru yang mengajar di sekolah terpencil," isaknya saat diwawancarai terbit.id.
Saat kondisi air sungai membesar, lanjut Leni, pihak sekolah terpaksa meliburkan siswa. Namun, jika air surut, siswa tetap berangkat sekolah diantar dan dijemput oleh orang tuanya.
Di tengah keterbatasan dan bahaya yang mengancam, semangat Leni untuk tetap mengajar menjadi potret nyata perjuangan seorang guru di pelosok Kabupaten Sukabumi. Ia bertaruh dengan keselamatan diri dan calon bayinya demi mencerdaskan generasi penerus bangsa.
“Semoga pemerintah bisa meninjau secara langsung ke lapangan dan segera membuatkan jembatan permanen di sini,” tuturnya.
Terkait kondisi warga dan pelajar yang terpaksa menyeberangi sungai, Camat Jampangtengah, Chaerul Ichwan telah berkoordinasi dengan pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi.
Himbauan telah disampaikan agar kegiatan menyeberangi sungai dihentikan apabila kondisi arus dianggap membahayakan keselamatan. Sebagai alternatif, proses belajar mengajar dapat dilakukan secara daring.
"Kita sudah berkoordinasi dengan pihak sekolah, termasuk dengan Dinas Pendidikan, apabila kondisi arus itu membahayakan keselamatan baik tenaga pengajar maupun pelajar dan masyarakat sekitar, maka diimbau agar tidak menyeberang tapi bisa memberikan tugas secara daring dari rumah," tegasnya.
Terkait pembangunan jembatan, Chaerul telah berkoordinasi dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kabupaten Sukabumi. Dinas pun menyampaikan, bahwa pembangunan kembali jembatan penghubung tersebut akan menjadi prioritas pada tahun anggaran 2025.
"Setelah kejadian di bulan Maret itu, kita berkoordinasi dengan dinas teknis terkait, dalam hal ini dengan Perkim. Kemarin informasi dari Dinas Perkim, insyaallah untuk jembatan penghubung antara Desa Bantar Panjang, Kecamatan Jampang Tengah dengan Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong itu akan menjadi prioritas kembali di tahun 2025," pungkasnya.(FKR)