Pihak kepolisian telah menerima laporan dan kini tengah mendalami kasus tragis ini, dengan fokus utama pada dugaan bullying yang mungkin dialami korban. Sebuah surat tulisan tangan yang diduga ditinggalkan oleh korban juga diamankan untuk penyelidikan lebih lanjut.
Kronologi Penemuan dan Tindak Lanjut
Peristiwa tragis ini pertama kali diketahui oleh nenek korban sekira pukul 23.00 WIB. Sekretaris Desa Bojong, Dede Nuryadin, menjelaskan kronologinya.
"Kronologisnya sekitar jam 23.00-an, neneknya keluar mau ke air. Neneknya kurang jelas pas keluar di jalan terhalangi sesuatu yang menggantung. Setelah berteriak minta tolong, ternyata diketahui itu AK (korban)," jelas Dede Nuryadin dikonfirmasi Kamis (30/10/2025).
Menurut Dede, pihak desa langsung berkoordinasi dengan aparat berwajib dan puskesmas. "Malam itu juga, sekitar jam 00.00, kami langsung kontak petugas. Alhamdulillah pada datang kapolsek, danramil, puskesmas datang semua termasuk satpol pp," tambahnya.
Korban telah dievakuasi dan dimakamkan pada Rabu (29/10/2025). Keluarga korban terdiri dari ibu dan neneknya, sementara ayah korban bekerja di luar kota.
Polisi Amankan Surat dan Dalami Dugaan Bullying
Menanggapi kejadian ini, Kasat Reskrim Polres Sukabumi, Iptu Hartono, membenarkan adanya laporan dan penyelidikan yang tengah berlangsung.
"Kami baru menerima laporan dari keluarganya, langsung kami melakukan penyelidikan. Salah satu fokus kami adalah mendalami dugaan bullying yang mungkin terjadi," singkat Iptu Hartono.
Dari lokasi kejadian, polisi juga menemukan secarik surat tulisan tangan yang diduga ditinggalkan oleh korban. Surat tersebut kini telah dibawa oleh pihak kepolisian untuk proses penyelidikan lebih lanjut.
Kesaksian Sekolah: Siswi Berprestasi dan Aktif
Kepala Sekolah, Wawan Setiawan, mengungkapkan duka mendalam dan menegaskan bahwa AK adalah siswi yang berprestasi.
"Ananda almarhumah adalah siswa kami yang berprestasi, punya talenta, dan sangat aktif di madrasah ini. Beliau aktif di Pramuka hingga meraih Pramuka Garuda dari Bupati. Hari Senin kemarin bahkan beliau menjadi petugas pengibar bendera," ujar Wawan.
Secara psikologis di sekolah, Wawan menyebut korban tampak baik-baik saja dan sempat meminta izin pulang lebih awal pada hari kejadian karena alasan sakit perut, bahkan diantar oleh temannya. "Secara kasat mata, kami juga tidak percaya dengan kejadian ini," tambahnya.
Komitmen Sekolah Ramah Anak dan Pencegahan Kekerasan
Wawan Setiawan menegaskan komitmen sekolahnya sebagai Sekolah Ramah Anak yang menolak segala bentuk kekerasan.
"Bullying di sini itu haram hukumnya. Tidak boleh ada kekerasan verbal maupun fisik. Kami tentu menjadi pelajaran di internal kami," tegasnya.
Pihak sekolah berjanji akan kooperatif dengan kepolisian dan menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran internal. Mereka berkomitmen memperketat pengawasan serta layanan Bimbingan dan Konseling (BK) untuk menjaga kondisi psikis ratusan siswa lainnya.
"Kami akan kooperatif memberikan informasi yang terbuka kepada pihak kepolisian dan berharap kejadian ini tidak terulang," tutupnya.(FKR)

