Ketua Tim Penanganan Keluhan RSUD R. Syamsudin Kota Sukabumi, dr. Irfanugraha Triputra,, Raya tiba di rumah sakit pada 13 Juli pukul 20.00 WIB dalam kondisi sudah tidak sadar.
"Gejala awalnya hanya demam, batuk, dan pilek yang disampaikan oleh ibunya," jelas Irfan.
Awalnya, tim medis menduga ketidaksadaran Raya disebabkan oleh meningitis TB, mengingat ibunya sedang menjalani pengobatan TBC. Namun, saat diobservasi di IGD, muncul hal tak terduga, cacing keluar dari hidung Raya.
"Di sini kami menduga, kemungkinan ketidaksadarannya ada dua faktor, antara lain tertular TBC dan infeksi cacing," ungkap dr. Irfan.
Cacing yang ditemukan adalah cacing gelang (Ascaris).
Cacing Menyebar ke Organ Vital
Kondisi Raya sangat parah. Cacing-cacing itu sudah menyebar ke organ vital seperti paru-paru dan otak.
"Ketika cacing masuk, dia tertelan dalam bentuk telur. Setelah 2-3 minggu, telur menetas menjadi larva. Fase larva inilah yang bisa menyebar melalui pembuluh darah, menyebar ke paru-paru, ginjal, dan yang terburuknya ke otak," jelas Irfan.
Fakta bahwa cacing bisa keluar dari hidung Raya menunjukkan bahwa infeksi sudah sangat masif dan cacing sudah merambat ke saluran napas. Menurutnya, kasus seperti ini tergolong sangat langka dan parah.
"Sejauh saya bertugas di RSUD Bunut selama 3 tahun, ini baru pertama kali saya menemui kasus sekompleks ini, di mana pasien datang sudah dalam kondisi sangat terlambat," tambahnya.
Selama dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit) selama 9 hari, kondisi Raya tidak membaik hingga akhirnya ia menghembuskan napas terakhir pada 22 Juli pukul 14.24 WIB.
Pencegahan dan Pentingnya Kebersihan
Meskipun kasus Raya terbilang ekstrem, infeksi cacing sebetulnya bisa dicegah. Dr. Irfan menekankan pentingnya memutus siklus hidup cacing. Karena cacing gelang hidup di tanah, orang tua harus memastikan anak-anak tidak kontak langsung dengan tanah tanpa perlindungan.
"Anak-anak harus pakai alas kaki saat bermain di luar. Perhatikan tangan mereka, apakah ada kontaminasi telur cacing atau tidak," ujarnya.
Selain itu, ia juga mengingatkan untuk selalu memasak makanan, terutama sayuran dan daging, hingga benar-benar matang. Hal yang paling sederhana namun vital adalah menjaga kebersihan tangan.
"Cuci tangan, hand hygiene, itu paling utama," tegasnya.
Tantangan Administrasi dan Kemanusiaan
Sama seperti berita sebelumnya, Irfan membenarkan bahwa Raya tidak memiliki identitas kependudukan, sehingga tidak dapat menggunakan BPJS. Rumah Teduh akhirnya mengambil alih seluruh biaya pengobatan.
"RSUD R. Syamsudin sudah memberikan keringanan biaya, namun nominalnya tidak bisa saya sebutkan," kata Irfan.
Kasus Raya menjadi pengingat bagi semua pihak, bahwa kolaborasi antara masyarakat, lembaga kemanusiaan, dan fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan untuk mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan.(FKR)