TERBIT.ID, Sukabumi - Tembok-temboknya memudar, atapnya berlubang, dan tangga menuju ruang kelas kini ditutupi lumut. SDN Cikole, sekolah dasar yang dulunya ramai oleh tawa anak-anak, kini berdiri sunyi di jantung Kota Sukabumi.
Papan namanya masih terpajang, seolah menjadi saksi bisu dari kenangan yang kini hanya tersisa.
Sekolah ini bukan lagi tempat anak-anak belajar. Dinas Pendidikan Kota Sukabumi telah resmi menutupnya sejak Juli 2024 lalu, sebuah keputusan yang terasa berat namun tak terhindarkan.
Alasannya sederhana: murid yang semakin sedikit dan perubahan lingkungan yang drastis.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Sukabumi, Punjul Saepul Hayat, menjelaskan bahwa lingkungan sekitar sekolah sudah berubah dari area permukiman menjadi pusat perkotaan. Akibatnya, jumlah murid terus menurun drastis.
“Tahun terakhir, siswa kelas 1 hanya ada tujuh orang. Sesuai aturan, sekolah dengan jumlah murid seperti itu memang harus ditutup,” ujarnya.
Selain itu, keberadaan sekolah-sekolah lain yang lebih favorit di sekitar SDN Cikole juga menjadi tantangan besar. Letaknya yang berdekatan dan akses transportasi yang sulit membuat sekolah ini kalah bersaing.
“Orang tua pasti akan memilih sekolah yang lebih mudah dijangkau dan memiliki fasilitas lebih baik,” tambahnya.
Kondisi bangunan saat ini sungguh memprihatinkan. Atap yang bolong dan plafon yang menggantung menciptakan pemandangan yang menyedihkan.
Sebuah tulisan di dinding bertuliskan “Save the Earth” kini tampak kusam, seolah ikut merasakan kesedihan akan nasib sekolah yang ditinggalkan.
Kini, semua siswa telah dipindahkan. Sebagian besar digabungkan dengan SDN Kebonjati, sementara sisanya dipindahkan ke SDN Cimanggah.
Gedung yang dulunya penuh dengan harapan kini telah diserahkan kembali kepada pemerintah daerah. Kisah SDN Cikole pun berakhir, menyisakan sebuah gedung kosong yang menyimpan ribuan kenangan.(FKR)