Nurjanah yang merupakan warga Kampung Cikawung RT 04 RW 06, Desa Babakan Panjang, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, baru saja diselamatkan dari penderitaan yang telah ia jalani selama 18 tahun. Ironisnya, rumah Nurjanah hanya berjarak 1 Kilometer dari kantor Desa.
Sejak 18 tahun yang lalu, Nurjanah harus mendekam dalam sebuah kamar berukuran 2x2 meter yang dilengkapi dengan jeruji kayu. Jeruji kayu tersebut merupakan tempat tinggalnya sekaligus penjara yang dibuat oleh keluarganya.
Nurjanah diketahui mengalami depresi dan terpaksa dikurung agar tidak mengamuk dan kabur-kaburan.
Hidup Nurjanah jauh dari kata layak. Ia hanya tidur di sebuah dipan kayu beralaskan bantal, dan untuk makan, ia harus menerima hidangan yang disodorkan melalui sela-sela kayu. Aroma tak sedap dari kotoran manusia yang menumpuk di dalam kamar menjadi saksi bisu dari penderitaan yang ia alami setiap hari.
Menurut Halimah, kakak kandung Nurjanah, sang adik mengalami depresi setelah kembali dari Blitar. Sebelumnya, Nurjanah pernah menikah tiga kali dan memiliki dua orang anak. Salah satu anaknya saat ini tinggal di Blitar. Halimah menuturkan bahwa Nurjanah sempat tinggal bersama suaminya di Blitar sebelum akhirnya pulang dengan kondisi depresi.
"Dia pernah bilang pengen keluar, pengen cari uang, pengen makan enak. Dia pernah kabur dua kali, untungnya kami bisa menemukannya," ujar Halimah pada terbit.id, Selasa (26/08/2025).
Setelah 18 tahun, penderitaan Nurjanah akhirnya sampai ke telinga petugas Puskesmas Girijaya dan pemerintah desa. Ironisnya, rumah Nurjanah hanya berjarak satu kilometer dari kantor desa. Nurjanah kini telah dievakuasi untuk mendapatkan perawatan medis yang layak.
Masriyadi, Kepala Puskesmas Girijaya, menjelaskan bahwa Nurjanah mengalami depresi, bukan skizofrenia. Menurutnya, kondisi Nurjanah saat ini tidak menunjukkan gejala mengamuk, bahkan ia masih bisa diajak berkomunikasi.
"Menurut saya tidak skizofrenia, tidak mengamuk. Tadi saya coba bersalaman, komunikasi itu masih nyambung," terang Masriyadi.
Masriyadi juga menambahkan bahwa lingkungan yang memandang Nurjanah sebagai ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) diduga memperparah kondisi depresinya. Ia juga yakin bahwa Nurjanah akan sembuh jika dirawat dengan penuh kasih sayang dan ditempatkan di lingkungan yang suportif.
"Terapi gangguan jiwa itu tidak hanya dengan obat, tapi juga lingkungan. Jika dirawat dengan cara memanusiakan manusia, diajak ke mana-mana, insyaallah akan sembuh," lanjutnya.
Kini, Nurjanah berada dalam penanganan medis dan telah menerima bantuan dari berbagai pihak. Kisah Nurjanah menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya kepedulian dan pemahaman terhadap masalah kesehatan mental. Lingkungan dan kasih sayang keluarga memiliki peran besar dalam proses pemulihan.(FKR)