TERBIT.ID, Sukabumi – Kisah pilu Muhammad Bagas Saputra (22), pemuda asal Ciaul, Kota Sukabumi, kembali membuka mata kita tentang modus baru Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang semakin kejam. Berharap mengais rezeki di lautan luas, Bagas justru terdampar di daratan Kamboja, terjerat jerat kerja paksa scam dan penyiksaan keji. Kabar ini bukan sekadar cerita, melainkan peringatan keras bagi para pencari kerja.
Pada April 2024, Bagas mengarungi samudera dengan harapan menggapai masa depan yang lebih baik sebagai pekerja di perusahaan pelayaran. Namun, mimpinya kandas di tengah jalan. Juni 2024, ia bersama beberapa rekannya "diturunkan" di pelabuhan Cina, tanpa sepeser uang, karena masalah internal kru kapal.
"Kaptennya orang Cina, jadi dia lebih memilih orang Cina dibandingkan adik saya dan teman-temannya," terang Rangga Saputra (26), kakak kandung Bagas, dengan nada getir kepada terbit.id pada Rabu (02/06/2025).
Setelah kejadian itu, Bagas sempat hilang kontak. Hingga akhirnya, pada Jumat, 27 Juni 2025, ia muncul kembali, mengabarkan dirinya berada di Kamboja. Terdesak dan tanpa pilihan, Bagas menerima tawaran kerja di sana, berharap bisa segera pulang ke Indonesia. "Doain aja katanya bulan Agustus 2025 saya mau pulang ke Indonesia," ucap Bagas pada kakaknya, kala itu belum menyadari bahaya yang menanti.
Tak butuh waktu lama, kelegaan keluarga Bagas berubah menjadi horor. Jumat itu juga, sebuah panggilan video WhatsApp dari Kamboja mengguncang mereka. Bukan Bagas yang menyapa, melainkan pihak perusahaan yang tanpa belas kasihan menunjukkan adegan penyiksaan terhadap Bagas.
"Yang ngabarin itu langsung dari perusahaannya dari Kamboja, mereka ngancam ke keluarga saya. Ancamannya, 'saya nggak mau menunda-nunda waktu kalau menunda-nunda waktu dia akan terluka' dengan bahasa Cina ada terjemahan bahasa Indonesia," tutur Rangga, matanya memancarkan kecemasan.
Dalam video itu, Bagas terlihat jelas disiksa, diikat, disetrum, dan dimintai tebusan Rp 40 juta agar bisa bebas. Diduga kuat, Bagas disiksa karena gagal mencapai target kerja yang ditentukan oleh perusahaan scam tersebut, serta dikenakan denda yang melumpuhkan.
Keluarga Bagas di Sukabumi kini diliputi kecemasan mendalam, berharap pemerintah dapat segera bertindak menyelamatkan Bagas dari cengkeraman para pelaku TPPO keji ini.
Kisah Bagas bukan sekadar tragedi pribadi, melainkan cerminan pahit dari bahaya laten TPPO yang terus berevolusi. Para pencari kerja, terutama yang tergiur tawaran menggiurkan atau melalui jalur non-prosedural, harus sangat berhati-hati.
Modus kerja scam, pemerasan, hingga penyiksaan fisik menjadi ancaman nyata yang mengintai di balik janji-janji pekerjaan impian di luar negeri.(FKR)