TERBIT.ID, Sukabumi - Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang disalurkan ke sejumlah sekolah dasar di Kabupaten Sukabumi menuai keluhan serius. Khususnya di SDN Pasirhalang 4, Kecamatan Sukaraja, orang tua siswa beramai-ramai mengeluhkan kualitas, kebersihan, hingga kandungan gizi dari menu yang dipasok oleh Sub Penyedia Pangan Gizi (SPPG) Yayasan Khazanah Ibu Bahagia.
Komplain yang berulang kali disampaikan ini mencakup temuan makanan yang tidak layak konsumsi, dugaan kurangnya gizi, hingga minimnya tanggapan dari pihak penyedia.
Salah satu orang tua siswa, Rizki Lestari mengungkapkan kekecewaannya terhadap kondisi menu MBG yang sering tidak higienis dan tidak memenuhi standar kelayakan.
"Banyak komplain. Satu ayamnya bau, terus kalau sayur jarang bahkan nggak ada yang dimakan," ujar Rizki saat dikonfirmasi pada Senin (6/10/2025). Ia bahkan menyebutkan sering membersihkan dan membagikan kembali sayur yang tidak dimakan anaknya kepada orang lain.
Kualitas sayur menjadi sorotan utama
"Kadang ada bau asam, sayurnya juga memang tidak sesuai anak, mungkin nggak suka dari tampilannya aja udah butek," lanjut Rizki.
Bahkan, ia mengaku pernah menemukan temuan menjijikkan.
"Ulatnya di sayurnya waktu pas pertama di mie ayam di sawinya ada ulat. Udah gitu ayamnya masih ada bulunya si ayam gorengnya," tambahnya.
Selain itu, buah-buahan yang disajikan juga bermasalah. "Ya tiap hari selalu komplain, jeruknya busuk. Terus tadi aja dikasih salak, sebetulnya itu buah salak tidak ada gizinya buat anak itu tidak boleh, tadi juga busuk kondisinya salak itu dan ukurannya kecil-kecil," keluh Rizki.
Rizki juga menyayangkan pengolahan lauk, seperti telur yang selalu disajikan dadar, diduga untuk menghemat biaya. "Memang iya kalau telur dadar itu satu dijadikan untuk dua ompreng. Kita lihat kebersihannya, telur dadar itu beda dengan telur bulat, pasti bagus. Kalau telur dadar itu mereka bisa beli yang pecah yang kualitasnya kurang bagus. Kita nggak tahu ada bakteri atau apanya, makanya nggak pernah dimakan sama anak-anak," ujarnya.
Kekhawatiran terhadap kesehatan anak semakin tinggi setelah ada kasus siswa yang mengalami sakit. "Pernah ada satu orang pusing, cuman nggak terlalu sampai parah atau ramai. Makanya saya himbau ke anak-anak kalau makanannya tercium bau atau apa udah nggak usah dimakan," pungkasnya.
Dapur SPPG Diduga Tidak Profesional dan Tanpa Tenaga Ahli Gizi
Keluhan orang tua ini kemudian direspons oleh Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kecamatan Sukaraja, Agus Mulyana, yang turut memfasilitasi aduan dan melakukan konfirmasi langsung ke dapur penyedia.
"Sudah dua kali dilaporkan, nggak ada perubahan. Saya datang ke dapurnya terus ngobrol. Ternyata si dapurnya tidak menggunakan tenaga ahli, tidak menggunakan chef, dikarenakan masak massal katanya," ungkap Agus.
Agus Mulyana pun menyoroti alasan pihak SPPG yang enggan menyediakan tenaga ahli dengan dalih biaya.
"Saya kan heran, masa nggak bisa bayar tenaga ahli? Emang masak berapa? Mungkin nggak akan sampai 10 juta, minimal ahli masak tahu waktunya memasak seperti apa, katanya mungkin mahal," ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa menu yang diberikan oleh ahli gizi pun cenderung dipilih-pilih oleh dapur. "Menu yang diberikan oleh ahli gizi itu dipilih-pilih, jadi istilahnya dikasih menu ini nggak bisa karena bukan chef yang profesional," jelas Agus.
Tanggapan SPPG
Sementara itu saat dikonfirmasi, SPPG Yayasan Khazanah Ibu Bahagia berdalih bahwa setiap ada keluhan terhadap menu MBG dari sekolah diterima dengan baik. Asisten Lapangan (Aslap) SPPG Khazanah Ibu Bahagia menyebutkan bahwa pihaknya selalu akan langsung mengganti jika ada keluhan dari penerima manfaat.
"Keluhan ada misalnya ada yang udah dimasukkan seperti susu atau ada tambahan itu kita cepat ganti, seperti buah, lalu ada ulat dari sayur, langsung ganti, satu menu (ompreng)," singkatnya.(FKR)