TERBIT.ID, Sukabumi - Warga Kampung Kebonjati, Gang H. Marsudi, Sukabumi, sedang resah. Mereka menduga saluran irigasi di lingkungan mereka tercemar limbah dari sebuah hotel yang letaknya hanya sekitar 20 meter dari pemukiman. Air yang tadinya bersih kini jadi keruh, dan yang lebih parah, ratusan ikan budidaya warga mati mendadak.
Dede Samsudin (56), Ketua RT 04, mengungkapkan bahwa masalah pencemaran ini sebenarnya sudah lama terjadi. "Saya sebagai ketua RT tahu betul kalau air limbah ini sudah lama mengalir dan dampaknya ke kolam-kolam warga," ujarnya pada Senin,(21/05/2025).
Menurut Dede, pencemaran serupa pernah terjadi sekitar dua tahun lalu dan kini kembali terulang pada Sabtu, 12 Juli 2025. "Limbahnya itu aneh, kayak gumpalan karet bekas dibakar, baunya juga menyengat sekali," jelas Dede.
Ia menambahkan, kondisi paling parah terlihat di kolam-kolam warga. Airnya hitam pekat, menggumpal, dan bau busuknya tercium hingga jarak 20-30 meter.
Dampak paling fatal dari dugaan pencemaran ini adalah kematian ikan-ikan di kolam budidaya warga. Sebanyak lima kolam terdampak, dan pada Sabtu, 12 Juli lalu, saking parahnya limbah, ikan-ikan di sana mati total.
"Ada sekitar 96 kilogram ikan lele, mas, dan nila yang mati," kata Dede prihatin.
Warga hanya punya satu harapan: pihak hotel bertanggung jawab dan mengembalikan kebersihan saluran air mereka. "Tuntutan warga itu sederhana, apalagi yang punya kolam. Dulu airnya bersih, kami ingin kembali bersih lagi. Gimana caranya, itu yang kami minta solusinya," tegas Dede.
Menanggapi keluhan ini, Humas Hotel Horison, Sunarso menjelaskan bahwa pihak hotel sebenarnya sudah membuat pipa untuk mengalirkan limbah langsung ke Sungai Cileles.
Hal ini dilakukan setelah ada pertemuan dengan warga sebelumnya. "Dulu kita sepakat limbah tidak lewat selokan, tapi langsung ke Sungai Cileles, makanya kita bikin pipa besar," kata Sunarso.
Namun, Sunarso menduga pipa tersebut dipotong oleh warga sendiri, alasannya karena kekurangan air untuk kolam budidaya ikan mereka. "Saya kurang tahu kapan pemotongannya, tapi pas dicek DLH (Dinas Lingkungan Hidup) sudah terpotong. Nah, setelah itu baru ada kejadian ikan mati," tuturnya.
Ia juga membantah bahwa limbah hotel berbahaya. Menurutnya, Hotel Horison memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan limbah padatnya rutin disedot.
"Hotel itu kan limbahnya paling air mandi atau air sabun. Kalau limbah padat kita sedot rutin. Kami tidak mengakui kalau kematian ikan itu karena limbah dari kami," sanggahnya.
Sunarso berpendapat, kematian ikan bisa jadi disebabkan oleh berbagai limbah yang sudah bercampur di selokan, bukan hanya dari hotel.
"Namanya selokan kan dari mana-mana airnya, dari hulu sana kita juga enggak tahu limbahnya apa," imbuhnya.
Warga dan pihak hotel sudah melakukan musyawarah di kelurahan untuk membahas persoalan ini. Saat ini, mereka sedang menunggu hasil kajian dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi mengenai dugaan pencemaran ini.
"Kesepakatannya, kita akan cek lagi airnya bareng-bareng dengan DLH. Nanti akan dicek apakah ini ada kesalahan kenapa pipa dipotong. Kalau namanya air kurang, jangan menyalahkan hotel. Apalagi kalau kemarau panjang," jelas Sunarso.
Ia juga memastikan bahwa Hotel Horison telah memenuhi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan melakukan pengecekan setiap bulan. (FKR)