Diduga Kelelahan, Pendaki Asal Sukabumi Meninggal Dunia di Gunung Slamet

Redaksi
Minggu, 27 Juli 2025 | 20:53 WIB Last Updated 2025-07-27T13:54:14Z
TERBIT.ID, Sukabumi - Kabar duka menyelimuti keluarga besar Yuswandi (46), seorang pendaki asal Kampung Kebon Pala I, Desa Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Ia dilaporkan meninggal dunia saat mendaki Gunung Slamet via jalur Bambangan, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, pada Sabtu (26/07/2025).

Peristiwa nahas ini terjadi ketika Yuswandi bersama istrinya memulai pendakian sekitar pukul 10.00 WIB. Korban tiba di Pos 5 sekitar pukul 14.30 WIB dan sempat beristirahat. Namun, sekitar pukul 15.30 WIB, Yuswandi mulai mengeluh sakit. Pada pukul 17.45 WIB, seorang pendaki lain yang berprofesi sebagai dokter menyatakan Yuswandi meninggal dunia.

Setelah insiden tersebut, porter dari rombongan Yuswandi segera melaporkan kejadian ke Pos Pendakian Bambangan sekitar pukul 16.30 WIB. Respons cepat ditunjukkan oleh tim SAR gabungan. Unit SAR Banyumas diberangkatkan pukul 18.45 WIB, disusul oleh SAR Cilacap yang bergabung pukul 19.56 WIB.

Tim SAR bergerak menembus malam melalui Pos 4 hingga Pos 5. Jenazah almarhum akhirnya tiba di View Slamet sekitar pukul 00.30 WIB pada Minggu (27/07/2025). Setelah diperiksa oleh pihak kepolisian, jenazah dibawa ke RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga sebelum akhirnya dipulangkan ke rumah duka di Sukabumi.

Putra sulung almarhum, Ghazi Dias Al Ghazali (21) mengungkapkan bahwa pihak keluarga telah menerima kepergian ayahnya sebagai takdir. "Betul, tidak ada kejadian fatal karena hal lain. Karena sudah takdir qodarullah jadi keluarga pun sudah merelakan dan tidak mau mencari tahu lagi karena apa, karena sudah tahu ini karena kecapean atau apa," ujarnya saat ditemui di rumah duka Minggu (27/07/2025).

Ghazi juga menjelaskan bahwa jenazah sang ayah tidak jadi dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut karena pertimbangan waktu. 

"Rencananya pengen, tapi tidak jadi karena keluarga mungkin mempertimbangkan dengan waktu juga kalau misal ke RS pasti lebih memakan waktu, dan korban pun pastinya tidak mau kalau misal dilama-lamakan," jelasnya.

Menurut Ghazi, ayahnya mendaki berdua dengan sang ibu, dan keduanya memang sudah berusia di atas 40 tahun. Oleh karena itu, mereka menyewa satu porter untuk membantu membawa barang. 

"Ya kalau misal masih muda masih kuat membawa barang-barang, karena ini berdua dan hanya untuk menikmati hobi menikmati alam dan tidak mau ambil resiko ya walaupun mengeluarkan uang, tapi lebih baik itu daripada dapat resiko lebih besar," tambahnya.

Almarhum Yuswandi dikenal sebagai sosok yang sangat mencintai alam dan hobi mendaki. Ia bersama istrinya telah menaklukkan beberapa gunung di Indonesia, antara lain Merbabu, Sindoro, Gunung Gede, dan terakhir Gunung Ciremai tiga minggu sebelum pendakian ke Gunung Slamet ini.

Proses pemulangan jenazah dilakukan dengan cepat. Keluarga besar dari Sukabumi langsung menyusul untuk menemani sang ibu yang pulang sendirian. Jenazah almarhum bertemu dengan keluarga di Cirebon pada Minggu (27/07/2025) dini hari sekitar pukul 05.00 WIB dan tiba di Sukabumi pukul 08.00 WIB.

Almarhum Yuswandi dimakamkan di tanah wakaf yang ia sumbangkan sendiri untuk pembangunan sekolah TK dan SD sederajat, bernama Kuttab Al Fatih Sukabumi. Almarhum meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak, dengan Ghazi sebagai anak pertama. Selain hobinya di alam, Yuswandi juga memiliki usaha di bidang retail mainan anak dengan tiga toko di Sukabumi dan satu toko di Bogor.(FKR)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Diduga Kelelahan, Pendaki Asal Sukabumi Meninggal Dunia di Gunung Slamet

Trending Now

Iklan