Dinkes Kota Sukabumi Catat 70 Kasus HIV/AID, Didominasi Lelaki Suka Lelaki (LSL)

Redaksi
Minggu, 26 Juni 2022 | 18:58 WIB Last Updated 2022-06-26T12:36:14Z

TERBIT.ID | Sukabumi - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi mencatat ada 70 temuan kasus baru Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AID). Data yang terhitung dari awal tahun 2022 hingga Mei ini juga tercatat ada 29 orang asal Kota Sukabumi.

Sekretaris Harian Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Kota Sukabumi, Fifi Kusumajaya, mengatakan di tahun 2019 tercatat ada temuan 169 kasus baru HIV/AIDS. Angka ini, menurun apabila dibandingkan denhan tahun 2020, yakni 157 kasus baru. Namun di tahun 2021 angka kasus baru kembali naik menjadi 167.

"Dari 70 kasus baru itu, 29 warga Kota Sukabumi. Karena memang yang ditangani di beberapa fasilitas kesehatan rujukan HIV/AIDS bukan untuk warga Kota Sukabumi saja. Sampai saat ini penelusuran, penanggulangan dan pendataan tetap jalan," ujar Fifi, belum lama ini.

Adapun salah satu penyebab penyumbang penularan HIV/AIDS terbesar di Sukabumi, kata Fifi, yaitu akibat hubungan seks sesama jenis, Lelaki Suka Lelaki (LSL). Selain itu, sebut Fifi, resiko tinggi juga mengancam pria maupun wanita yang gemar berganti pasangan dalam berhubungan seks dan ibu hamil atau menyusui pengidap HIV/AIDS juga berpotensi menularkan kepada bayi yang disusui.

"Sebetulnya penularan dengan risiko tinggi itu paling banyak terjadi pada hubungan seks, atau istilahnya seks bebas. Penularan dari jarum suntik juga masih dalam kategoris berisiko tinggi. Selain itu, resiko tinggi berikutnya yakni ketika dalam satu keluarga terdapat satu orang pengidap HIV/AIDS namun tak terdeteksi," bebernya.

Karena itu, lanjut Fifi, sangat penting untuk bisa mendeteksi dini agar terkontrol. Stigma dan diskriminasi masyarakat kepada pengidap HIV/AIDS masih harus dihilangkan. "Maka dari itu, masih butuh banyak edukasi dan sosialisasi serta butuh kolaborasi dengan semua pihak," jelasnya.

Pihaknya berharap, beberapa rumah sakit rujukan dengan fasilitas lengkap masih melakukan pelayanan dan pengobatan kepada para pengidap HIV/AIDS. Adapun, rumah sakit rujukan yang dimaksud antara lain, RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi, RSI Asyifa Kota Sukabumi, RS Almulk Kota Sukabumi, dan RSUD Sekarwangi Cibadak, Kabupaten Sukabumi. "Tapi memang masih terbatas. Untuk obat pengidap HIV/AIDS masih tersedia, namun memang harganya masih cukup mahal," ucapnya.

Masih kata Fifi, pihaknya juga akan tancap gas dalam melakukan upaya penanganan dan penanggulangan HIV/AIDS. Selain itu, sambung Fifi, salah satu bidikan utama adalah target 2030 Indonesia bisa mencapai three zero, sehingga tidak ada lagi penularan HIV/AIDS baru, kemudian tidak ada lagi kasus meninggal dunia, serta tidak ada lagi stigma dan diskriminasi kepada pengidap HIV/AIDS.

"Selama lebih dua tahun upaya penanganan dan penanggulangan sempat stagnan karena pemerintah fokus terhadap penanganan Covid-19. Tapi kami optimistis dengan kerja sama lintas sektoral target tersebut bisa tercapai," ungkapnya.

Guna mencapai upaya tersebut, menurut Fifi, perlu adanya peran serta dan kerjasama yang terjalin baik dengan semua elemen. Sebab itu, semua instansi dan stakeholder agar bisa membantu dalam penanganan dan penanggulangan HIV/AIDS.

"Apabila dilakukan bersama-sama, tidak akan terlalu berat, anggaran tidak akan terlalu besar. Memang dua tahun terakhir kami tidak maksimal karena Covid-19, dan bisa melakukan kegiatan sebatas via daring. Namun tak menghalangi niat untuk membantu dan menangani terkait masalah HIV/AIDS," pungkasnya. (Boy)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dinkes Kota Sukabumi Catat 70 Kasus HIV/AID, Didominasi Lelaki Suka Lelaki (LSL)

Trending Now

Iklan