Mahasiswa KKNT STKIP PGRI Ponorogo Berbagi Strategi Membranding Sekolah

BASS BOSS
Minggu, 09 Februari 2020 | 22:49 WIB Last Updated 2023-10-30T16:58:47Z

TERBIT ■ Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKNT) STKIP PGRI Ponorogo baru berlangsung beberapa hari. Namun, mahasiswa sudah bergerak menjalankan beberapa Proker (Program Kerja). Seperti yang dilakukan kelompok KKNT desa Sooko, Kemarin, 07 Februari 2020 mahasiswa terlibat dalam dikusi pertemuan guru TK Gugus 1 kecamatan Sooko.

Pertemuan berlangsung di TK Darma Wanita kecamatan Sooko yang diikuti 4 sekolah. Masing-masing sekolah mengirimkan delegasi 2-3 wakil peserta. Kegiatan itu bertajuk diskusi bareng Guru PAUD Gugus 1 Kecamatan Sooko. Masalah yang mengupas terkait stategi membranding sekolah agar mendapat hati di masyarakat.

Menariknya, mahasiswa yang melangsungkan KKNT di desa Sooko dipercaya untuk menjadi salah satu pemateri. Tepatnya, Siswanto mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi wakil dari para mahasiswa.

“Salah satu strategi agar sekolah mendapat hati calon peserta didik dengan memunculkan ciri khas atau program unggulan,” ujarnya diwawancari via telepon.

Menurutnya, melalui ciri khas itu tidak hanya menjadi pembeda, tetapi sesuatu yang ditawarkan secara khusus dan konsisten untuk masyarakat.

Dalam diskusi santai itu, ia menyampaikan beberapa program unggulan yang bisa dijadikan contoh. Melalui program Al-quran, penekanan pada karakter, bahasa tertentu yang ditekankan, dan prestasi akademik.

Terkait penanaman katakter, mahasiswa semester 6 itu memberikan contoh pola kebiasaan yang bersumber dari pengalamannya. Melepas sepatu sendiri, etika pada guru, serta kebiasaan berdoa ketika akan makan maupun minum.

"Pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus otomatis membentuk karakter anak," ungkapnya.

Lusy Novitasari, M.Pd selaku dosen pembimbing lapangan KKNT menyatakan mahasiswa harus siap sewaktu-waktu dibutuhkan oleh masyarakat. Pihaknya bercerita mahasiswanya ditunjuk secara tiba-tiba untuk mengisi materi. Sempat gugup dan merasa tidak siap, tetapi mereka harus bergerak dan bertindak cepat karena mereka mengabdi untuk masyarakat, ceritanya via telepon.

“Mereka harus siap dengan dinamika sosial jika sewaktu-waktu dibutuhkan oleh masyarakat,” tambahnya.

Melalui KKNT ini para mahasiswa tidak saja mengimplementasikan seluruh program untuk kemajuan desa. Tetapi, mampu mengecap pembelajaran dari masyarakat. Sehingga, menjadi mahasiswa yang cerdas secara akademik dan sosial.

■ Red/ Agus STKIP PGRI Ponorogo 


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mahasiswa KKNT STKIP PGRI Ponorogo Berbagi Strategi Membranding Sekolah

Trending Now

Iklan