Salat Idul Adha 2025 di Kota Sukabumi dipimpin oleh KH Misbah Al Munir, Imam Masjid Agung Kota Sukabumi, dengan KH Muchtar Ubaidillah, pengasuh Pondok Pesantren Syamsul Ulum, sebagai khatib.
Sementara itu, Ustaz Abdul Latif, Muadzin Masjid Agung, bertindak sebagai muroqi, melengkapi rangkaian ibadah yang sakral ini.
Dalam sambutannya, Wali Kota Sukabumi, Ayep Zaki, tak lupa menyampaikan doa dan harapan bagi 269 jamaah calon haji Kota Sukabumi yang tengah beribadah di Tanah Suci.
"Semoga saudara kita yang sedang menunaikan ibadah haji senantiasa diberikan kesehatan, kelancaran, serta kembali ke tanah air dengan selamat dan berkumpul bersama keluarga, dan lebih penting lagi dapat pulang dengan menyandang predikat haji yang mabrur," kata Ayep.
Ayep menambahkan, dengan semangat Idul Adha 1446 H ini, diharapkan menjadi pijakan untuk terus membangun Kota Sukabumi yang lebih baik. Salah satunya dengan mengambil hikmah dan pesan dari ibadah haji dan kurban untuk diaktualisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari
"Menuju Kota Sukabumi yang bercahaya, penuh inovatif, mandiri, agamis dan nasionalis, menjadikan masyarakat kota Sukabumi yang makmur dan semakin sejahtera,” imbuhnya.
Sebanyak 2.410 hewan kurban sapi dan domba menjadi bukti nyata dari antusiasme masyarakat Kota Sukabumi dalam menunaikan ibadah kurban. Hewan-hewan ini terkumpul dari berbagai masjid di tujuh kecamatan, (Baros, Lembursitu, Warudoyong, Gunungpuyuh, Citamiang, dan Cibeureum)
menunjukkan partisipasi yang luas dan merata.
DKM Masjid Agung Kota Sukabumi turut berkontribusi dengan menyembelih 21 ekor sapi, yang seluruhnya akan didistribusikan ke berbagai wilayah di Kota Sukabumi. Dalam khotbahnya, KH Muchtar Ubaidillah menggali makna mendalam dari Hari Raya Idul Adha, yang bukan sekadar perayaan kurban, melainkan momentum untuk merenungkan kembali nilai-nilai luhur, khususnya nilai pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS.
Ia mengutip Surat As-Saffat ayat 102 dan Surat Asy-Syura, yang menggambarkan ketaatan luar biasa Ismail AS dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS dalam menghadapi ujian keimanan.
"Kisah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail Alaihissalam merupakan teladan abadi tentang ketaatan, kesabaran, dan pengorbanan yang hakiki," tegas KH Muchtar Ubaidillah.
Ia juga menyerukan agar semangat pengorbanan ini diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya terbatas pada penyembelihan hewan kurban, tetapi juga berkorban dalam kebaikan dan kemanusiaan.(FKR)