terbit.id, Sukabumi - Warga dan tokoh masyarakat di Kecamatan Parungkuda menyayangkan keputusan Pemerintah Kabupaten Sukabumi yang mengundur upacara peringatan Hari Juang Siliwangi ke-80 yang seharusnya digelar pada 9 Desember 2025. Akibat penundaan tersebut, Pemerintah Desa Bojongkokosan akhirnya menggelar upacara sederhana di Monumen Perjuangan Palagan Bojongkokosan, Selasa (9/12/2025).
Keputusan Pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk mengundur upacara peringatan Hari Juang Siliwangi ke-80 dari tanggal 9 Desember menjadi Kamis mendatang menuai kekecewaan masyarakat, khususnya warga Parungkuda yang selama ini menjaga tradisi peringatan di lokasi bersejarah Palagan Bojongkokosan.
Tokoh pemuda Parungkuda, Dadeng Nazarudin, mengungkapkan rasa prihatinnya. Ia mengatakan momentum 9 Desember bukan hanya tanggal peringatan, tetapi merupakan hari terjadinya peristiwa heroik Palagan Bojongkokosan.
“Kita mendengar baru semalam bahwa upacara peringatan Hari Juang Siliwangi diundur oleh pemerintah kabupaten. Ini membuat kaget masyarakat, karena tanggal 9 itu adalah hari kejadiannya, bukan sekadar peringatan,” ujarnya.
Menurut Dadeng, penundaan tersebut membuat warga dan komunitas pejuang sejarah merasa semangat perjuangan yang setiap tahun diperingati menjadi terabaikan. Ia menegaskan bahwa peringatan Hari Juang Siliwangi bukan hanya agenda desa, melainkan hajat besar kabupaten dan bahkan lintas daerah.
“Ini bukan hajat desa. Ini hajat kabupaten, bahkan bisa tiga kabupaten: Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Kami dari kemarin sudah mempersiapkan semangatnya sejak tanggal 8. Maka ketika diundur, tentu saja kami kecewa,” katanya.
Meski demikian, Pemerintah Desa Bojongkokosan bersama komunitas dan warga tetap memilih menggelar upacara sederhana sebagai bentuk penghormatan terhadap para pahlawan yang gugur dalam pertempuran bersejarah melawan penjajah.
“Yang penting kita tetap memperingati dan mengenang jasa-jasa pahlawan yang memperjuangkan tanah kita. Semangat itu tidak boleh hilang,” jelasnya.
Ketika ditanya alasan resmi penundaan dari pihak pemerintah daerah, Dadeng mengaku tidak mengetahui secara pasti. Ia menilai, meski ada kesibukan, pemerintah tetap memiliki banyak pejabat yang bisa mewakili sehingga seharusnya momentum 9 Desember tetap dilaksanakan.
“Kalau alasannya kesibukan, kan pemerintah bukan bupati saja. Ada wakil, ada sekda, ada asda. Yang penting momentum tanggal 9 itu tetap dilaksanakan. Support pemerintah itu harusnya tetap ada,” tegasnya.
Dadeng juga menyampaikan kekecewaannya terhadap panitia penyelenggara yang dinilai mengabaikan pentingnya nilai sejarah perjuangan.
“Oh, prihatin. Ini urusan kepahlawanan disepelekan. Jangan disepelekan perjuangan para pahlawan. Bisa jadi bupati, bisa jadi pejabat itu kan karena hasil perjuangan pahlawan. Tolong jangan abaikan sejarah,” pungkasnya.
Upacara sederhana di Monumen Palagan Bojongkokosan tetap berlangsung khidmat meski tanpa kehadiran resmi pemerintah kabupaten. Warga berharap ke depan pemerintah lebih menghormati dan menjaga tradisi peringatan sejarah perjuangan bangsa. (R.Cking).

