Menu "Tahu Bulat dan Jeli" Program MBG Dikeluhkan Orang Tua di Palabuhanratu, Ini Pembelaan Ahli Gizi

Redaksi
Sabtu, 04 Oktober 2025 | 12:18 WIB Last Updated 2025-10-04T05:23:06Z

      Ilustrasi (Dok. Redaksi)

TERBIT.ID, Sukabumi – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang baru diluncurkan pemerintah di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, menuai sorotan dari sejumlah orang tua siswa. Mereka menilai menu yang disajikan terlalu sederhana dan diragukan kecukupan gizinya, terutama jika dibandingkan dengan alokasi anggaran yang ada.

​Kekecawaan ini salah satunya disampaikan oleh seorang orang tua siswa berinisial A. Ia merasa menu yang diterima anaknya tidak sebanding dengan biaya yang seharusnya dikeluarkan pemerintah untuk program tersebut.

​"Hanya tahu bulat dan jeli dimasukkan ke dalam program presiden. Padahal kalau dihitung-hitung tidak sampai sesuai harga yang diarahkan," ungkap A yang enggan disebut namanya, Jumat (3/10/2025).

Bukan Makanan Mewah, Tapi Sesuai Standar Gizi


​Menanggapi kritik ini, Pajar Nugraha, Kepala SPPG Dapur 99 Patuguran Yayasan Generasi Kabupaten Sukabumi, angkat bicara. Ia menegaskan bahwa MBG tidak dimaksudkan untuk menyediakan makanan mewah, melainkan makanan yang disesuaikan dengan standar kadar gizi yang telah ditetapkan.

​"Ini adalah program menu bergizi gratis. Artinya, fokusnya pada kadar gizi yang ditentukan, bukan makanan mewah. Sebagai ahli gizi, menurut saya, menu tersebut sudah sesuai," jelas Pajar Nugraha.

​Ia merinci, menu yang dikeluhkan pada hari itu memang terdiri dari nasi putih, tahu bulat dengan mayones dingin, serta jeli coco. Menurut Pajar, kandungan gizi dari menu ini sudah sesuai dengan standar untuk kategori anak mulai dari TK, SD, SMP, hingga SMA.

​Pajar juga menyatakan pihaknya akan terbuka terhadap masukan dan siap mengklarifikasi keraguan masyarakat. "Saya sudah menyampaikan kepada pihak-pihak terkait bahwa jika ada ketidaksesuaian atau menu yang diragukan, mereka dapat langsung konfirmasi kepada saya selaku Kepala Satuan," tegasnya.

​Distribusi Ribuan Porsi dalam Batas Waktu Ketat


​SPPG Dapur 99 Patuguran Yayasan Generasi ini memiliki tanggung jawab besar, yaitu mengolah dan mendistribusikan sebanyak 3.725 porsi makanan per hari untuk 10 sekolah yang mencakup tingkat SD, TK, PAUD, dan SMP.

​Untuk memenuhi kuota tersebut, proses memasak bahkan sudah dimulai sejak pukul 12 malam. Pajar Nugraha menjelaskan ketatnya proses distribusi yang harus menjaga jarak maksimal 6 kilometer dan waktu pengiriman tidak lebih dari 20 menit dari SPPG ke sekolah.

​"Standar saat ini, pukul 3 dini hari sudah dilakukan pemorsian, karena kami harus memproses dan mendistribusikan sebanyak 3.725 porsi," ungkapnya, menjelaskan upaya menjaga kualitas dan ketepatan waktu.

​Selain itu, ia juga mengingatkan pihak sekolah dan penerima manfaat pentingnya cara konsumsi yang tepat untuk menjaga kualitas makanan. Makanan harus dikonsumsi dalam waktu enam jam setelah distribusi.

​"Jangan sampai makanan dimasukkan ke dalam wadah (rantang) berbahan baja tahan karat saat masih panas. Panas akan mempercepat pembusukan protein," tambah Pajar, memberikan tips untuk mencegah penurunan kualitas makanan.(FKR)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menu "Tahu Bulat dan Jeli" Program MBG Dikeluhkan Orang Tua di Palabuhanratu, Ini Pembelaan Ahli Gizi

Trending Now

Iklan